Tuesday, January 20, 2009

PROSPEK PROPERTI 2009


Jakarta–Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mengungkapkan optimismenya bahwa sektor properti di tahun 2009 akan berprospek baik, meski tidak dapat dipungkiri adanya perlambatan hampir di semua sektor industri.

“Permintaan properti memang turun signifikan akibat hempasan krisis. Ini yang harus kita selamatkan,” kata Ketua Umum HIPMI Erwin Aksa Mahmud, di sela Seminar Properti HIPMI, di Hotel Ritz Carlton, Kamis (11/12).

Menurut Erwin, optimisme terhadap prospek baik sektor properti tahun depan disebabkan kebutuhan perumahan yang masih cukup tinggi, terutama untuk rumah susun sederhana milik (rusunami) dan rumah sederhana sehat (RSh). “Prospek properti tahun depan memang tidak sebagus tahun ini, tetapi masih akan lebih baik dibandingkan negara tetangga lainnya,” katanya.
Ia menuturkan, dalam mendukung sektor properti, semua pihak harus bisa menjaga pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Prediksinya, tahun depan akan banyak proyek infrastruktrur dan percepatan di bidang konstruksi.

Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada pemerintah agar bisa menyiapkan sebuah skema pembiayaan perumahan yang dapat terjangkau oleh masyarakat, khususnya golongan menengah ke bawah yang meminati RSh maupun rusunami.

Ia mengatakan, perlu ada kerja sama antara BTN, Perumnas, dan Kemenpera dalam hal penyediaan hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar kejatuhan sektor properti tidak terlalu parah. Selain itu, pihak perbankan juga harus mendorong konsumen dengan memberikan pinjaman untuk membeli rumah.

“Suku bunga harus diturunkan supaya cicilan setiap bulan bisa lebih ringan serta uang muka jangan ditentukan terlalu tinggi karena dapat menjadi beban bagi mereka yang akan mencicil rumah,” jelasnya.

Pemerintah harus mendorong perbankan nasional dan masyarakat yang akan mengambil kredit perumahan. BI diminta segera menurunkan BI rate untuk menghindari kredit macet di sektor properti. “Idealnya, delapan persen untuk tahun depan dengan suku bunga pinjaman sebesar 12 persen. Ini akan menjadi stimulus yang baik terhadap daya beli masyarakat sehingga mereka akan terdorong untuk membeli rumah,” katanya.

Gandeng Bank Besar
Staf Ahli Kementerian Perumahan Rakyat Bidang Ekonomi dan Keuangan Sri Hartoyo mengatakan, sebagai solusi terganggunya pasar properti karena ketatnya likuiditas perbankan, pengembang harus lebih agresif mencari pasar serta menggandeng bank besar.
Pemerintah terus mendorong pelaku usaha untuk membangun rusun di perkotaan meski investasi tidak cukup mudah. Sampai saat ini, telah terdata di DKI Jakarta akan dibangun sekitar 327 menara rusun. Tercatat sudah 27 perusahaan yang mengajukan membangun sekitar 140 menara yang tersebar di 25 lokasi.

Soal pendanaan, sejumlah instansi terkait telah membantu program ini, seperti Dana Bapertarum sebesar Rp 2 triliun telah dialokasikan ke BTN dan dana Jamsostek sebesar Rp 1 triliun untuk KPR rusunami.

Di tempat yang sama, Ketua DPP REI Teguh Satria juga mengaku optimistis bahwa prospek bisnis perumahan masih baik pada tahun 2009. Menurut dia, hal tersebut didasari pada naiknya anggaran subsidi perumahan dan rusunami pada 2009 dari Rp 800 miliar menjadi Rp 2,5 triliun. “Anggaran tersebut akan mendukung pembentukan kapitalisasi perumahan sebesar Rp 15 triliun,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Divisi Pengelolaan Kredit BTN Budi Hartono menyatakan bahwa di tengah ketatnya likuiditas, pihak perbankan cenderung lebih selektif dalam penyaluran dana. Namun demikian, untuk kredit program seperti rusunami dan RSh akan berjalan seperti biasa.n
(By Ellen Piri : Copyright © Sinar Harapan 2008)

No comments:

Post a Comment